BIOGRAFI IDRUS : Kumpulan Novel, Cerpen, Quotes, Perjalanan Karir


Seperti yang diketahui jika Indonesia memiliki banyak sastrawan hebat, salah satunya adalah Abdullah Idrus atau lebih dikenal dengan nama Idrus. Sudah ada banyak karya yang ditulis oleh Idrus, mulai dari novel, cerpen hingga quotes. Bisa dibilang karya dari sastrawan ini berbeda dengan sastra Pujangga Baru. Meskipun Idrus tidak pernah mau digolongkan sebagai golongan sastrawan angkatan 45. Supaya lebih mengenal sosoknya, simak profil, biodata dan biografi Idrus atau biografi Abdullah Idrus dibawah ini.

Biodata Idrus Secara Singkat

Nama Idrus : Abdullah Idrus
Nama Panggilan Idrus : Idrus
Tempat Lahir Idris, Tanggal Lahir Idris : Padang, 21 September 1921
Zodiak Idris : Virgo
Agama Idris : Islam
Warga Negara Idris : Indonesia
Pekerjaan Idris : Penulis, Novelis, Dramawan dan Dosen
Angkatan Idris : Angkatan ‘45
Karya Paling Terkenal Idris : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Nama Istri Idris : Ratna Suri
Nama Anak Idris : Nirwan Idrus, Rizal Idrus,  Slamet Riyadi Idrus, , Damayanti Idrus,  Lanita Idrus, dan Taufik Idrus

Profil Idrus


Abdullah Idrus merupakan seorang sastrawan kelahiran Padang, Sumatera Barat pada tanggal 21 September 1921. Sastrawan ini lebih dikenal dengan nama Idrus dan bisa dibilang sangat produktif dalam mengeluarkan karya-karyanya. Sejak duduk di bangku sekolah, sosok satu ini sudah sangat terlihat jika berminat dengan dunia sastra. Hal ini terlihat ketika ia sering membaca roman dan juga novel Eropa di perpustakaan sekolah. Pada usianya yang masih muda, ia telah menulis beberapa judul cerpen.

Ketertarikannya pada dunia sastra yang begitu besar, membawanya untuk bekerja di Balai Pustaka. Ia berharap bekerja di Balai Pustaka bisa membuatnya lebih mendalami karya sastra yang ada. Selain itu, juga bisa berkenalan dengan sastrawan yang lebih dulu terkenal. Contohnya seperti Sutan Takdir Alisyahbana, H.B Jassin, Noer Sutan Iskandar, Anas Ma'ruf dan sebagainya.

Seperti yang sedikit diulas diatas bahwasanya karya-karya dari Idrus berbeda dengan sastra Pujangga Baru. Meski ia tidak mau digolongkan sebagai sastrawan angkatan ’45. Namun, ia sendiri tidak bisa mengelak bahwasanya sebagian besar karyanya memang terinspirasi oleh persoalan panas dalam sejarah Indonesia tersebut. Sastrawan satu ini tidak hanya menulis karya sastra saja, tetapi juga menulis karya ilmiah yang berkaitan dengan sastra. Sebut saja Teknik Mengarang Cerpen dan International Understanding Through the Study of Foreign.

Tidak hanya kemampuan menulisnya yang sangat mumpuni, Idrus juga menguasai tiga bahasa asing, yaitu Inggris, Belanda dan Jerman. Menguasai ketiga bahasa tersebut membuatnya memiliki nilai tambah dan memiliki kesempatan menerjemahkan beberapa buku asing. Seperti Perkenalan dengan Luigi Pirandello, Perkenalan dengan Guy de Maupassant, Perkenalan dengan Anton Chekov dan Perkenalan dengan Jaraslov Hask.

Beberapa Fakta Idrus yang Harus Diketahui

Adapun fakta-fakta mengenai Idrus yang harus diketahui adalah, sebagai berikut:

1. Abdullah Idrus meninggal dunia di tanah kelahirannya, Padang pada tanggal 18 Mei 1979 
2. Idrus memberikan sumbangsih besar bagi dunia sastra Indonesia
3. Telah menulis banyak novel, cerpen, drama, cerita anak dan karya terjemahan
4. Pernah bekerja di Balai Pustaka sebelum menjadi dosen di Monash University Australia 
5. Salah satu karyanya yang paling monumental dan sering dibahas oleh kalangan kritikus dan akademisi sastra adalah kumpulan cerpen “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma” yang diterbitkan pada tahun 1948

Selain itu, fakta lainnya mengenai Idrus adalah karya-karyanya ditulis menggunakan bahasa sehari-hari yang sederhana, ringkas dan tanpa hiasan kata-kata. Persoalan yang sering kali diangkat sebagai tema utama karyanya yaitu masalah-masalah sosial yang terjadi pada zamannya. Dalam karyanya ia selalu membongkar habis keadaan buruk dan kacau pada masa revolusi dan zaman Jepang. Dalam karyanya ia juga menonjolkan berbagai kelemahan manusia.

Konsep pencitraan semacam itu ia pelajari dari sastrawan ekspresionis Belanda yang bernama Willem Elsschot. Kekhasan gaya bahasa yang digunakan dalam menulis karya-karyanya membuatnya mendapatkan tempat terhormat di dunia sastra, terutama sebagai Pelopor Angkatan ’45 di bidang prosa. Pengukuhan ini dikukuhkan oleh H.B. Jassin dalam bukunya.

Perjalanan Karir Idrus


Sebelum membahas perjalanan karirnya, akan diuraikan lebih dulu mengenai pendidikannya. Idrus pernah bersekolah di HIS, MULO, AMS, dan Sekolah Menengah Tinggi (lulus tahun 1943). Setelah itu, ia melanjutkan studi di Universitas dan meraih gelar Master od Arts dari Monash University, Australia pada tahun 1974. Saat wafat ia merupakan kandidat Ph.D di universitas tersebut.

Idrus juga pernah menjadi redaktur di Balai Pustaka pada tahun 1943-1949, kepala bagian pendidikan GIA pada tahun 1950-1952 dan dosen Monash University pada tahun 1965-1979. Selain itu, ia juga pernah menjadi redaktur majalah Indonesia dan Kisah. Di dalam dunia penulisan, ia telah menulis banyak novel, cerpen, drama serta menerjemahkan karya sastra.

Namun, dikarenakan adanya tekanan politik Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) terhadap penulis yang tidak sepaham dengan mereka, membuat Idrus terpaksa meninggalkan Indonesia dan mengungsi ke Malaysia. Meski sedang mengungsi di Malaysia, Idrus tetap produktif bekerja dan membuat karya. Ada dua karya yang dihasilkan ketika sedang mengungsi, yaitu Hati Nurani Manusia dan Dengan Mata Terbuka.

Kumpulan Novel Idrus dan Kumpulan Cerpen Idrus

Beberapa judul novel karya dari Abdullah Idrus adalah Aki (1949), Perempuan dan Kebangsaan (1949), Hati Nurani Manusia (1963), Hikayat Petualang Lima dan Hikayat Putri Penelope (1973).

Sementara itu, kumpulan cerpen dari sastrawan Idrus yang paling populer dan fenomenal adalah Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Kumpulan cerpen ini diterbitkan pada tahun 1948 dan menceritakan tentang penderitaan yang terjadi di zaman Jepang dari sudut pandang rakyat jelata. Idrus sangat jeli dalam menggambarkan stratifikasi sosial yang berubah pada zaman tersebut melalui cerpen Kota Harmoni.

Jika cerpen tersebut dibaca secara sekilas maka bercerita mengenai perjalanan penuh peluh dalam sebuah trem. Selain itu, ia menelanjangi kebrutalan rezim penjajahan melalui cerpen yang berjudul Jawa Baru. Judul cerita pendek karya Idrus lainnya adalah Anak Buta, Dua Episode Masa Kecil (1952) dan Dengan Mata terbuka (1961). Selain itu, ia juga memiliki banyak kumpulan quotes Idrus yang tidak kalah populer dengan karya lainnya.

Kumpulan Drama Idrus


Selain novel dan cerpen, karya lainnya yang ditulis oleh Idrus adalah drama. Beberapa drama yang berhasil ditulis adalah Dokter Bisma (1945), Jibaku Aceh (1945), Kejahatan Membalas Dendam (1948) dan Keluarga Surono (1948).

Sedangkan kumpulan terjemahan Idrus yang pernah ditulis ada banyak jumlahnya, seperti Ibu yang Kukenang, Acoka, drama G. Gonggrijp (1948), Keju, novel Willem Elsschot (1948), Kereta Api Baja 1496, novel Vsevolod Ivanov (1948), Perkenalan, kumpulan cerita pendek Anton Chekov, Guy de Maupassant, Jaroslav Hasek dan Luigi Pirandello (1949) dan Roti Kita Sehari-hari.

Itulah informasi lengkap mengenai biografi Idrus. Mulai dari kumpulan novel, cerpen, quotes, dan perjalanan karir. Diharapkan dengan adanya informasi diatas kita menjadi tahu dan mengenal salah satu sastrawan Indonesia ini. Semoga bermanfaat.