Tips Menulis Rifka Rizkiana #7 : Dan Tuhan pun Penulis Kreatif


Pesaing utama penulis sekarang ini adalah televisi. Demikian pernyataan Yayan Sofyan dari Agro-media dalam pelatihan menulis kreatif . Ya, televisi menarik karena tampilannya menyentuh banyak sensory: mata, telinga, hati. Itulah sebabnya, banyak orang bertahan berjam-jam di kotak ajaib itu.

Kelengkapan sentuhan sensori itulah yang mengantrakan Dewi Lestari (biasa dipanggil Dee) meraih anugrah sebagai sastrawati terbaik 2006 versi majalah Tempo.

" Jika ada yang memikat pada Dee adalah cara dia bertutur: ia peka pada ritme kalimat. Kalimatnya berhenti atau terus bukan hanya karena isinya selesai atau belum, tapi karena pada momen yang tepat ia menyentuh, mengejutkan, membuat kita senyum, atau memesona. Kepekaan pada ritme itulah yang menyebabkan sebuah tulisan berarti" tulis Goenawan Mohammad pada pengantar untuk buku Dee, Filosofi Kopi, yang selama tahun 2006 sudah laku 75 ribu eksemplar.

Dee sendiri menuturkan salah satu rahasia suksesnya bahwa cinta tetap menjadi topik favorit 99,9 % para kreator di muka bumi. Cinta seperti apa? Dee tidak menjelaskannya. Hanya, penuturan Goenawan Mohammad bisa menjadi jawaban: tulisan kreatif tak ada hubungannya dengan parfum, bedak, lulur, dan daya tarik erotis. Tulisan tentang daya tarik erotis itu juga membosankan karena mudah ditebak, jadi tak ada kejutannya, katanya.

Bukan hanya kreator di muka bumi, lebih dari itu, alam semesta inipun diciptakan dengan tema cinta. Tak cukup di situ, Tuhan bukan hanya menciptakan alam semesta tapi juga menulis. Ia menyusun desain alam semesta ini dalam sebuah kitab bernama Lauhul Mahfudz. Ia juga menulis panduan untuk manusia yang diturunkan kepada para nabi yang disebut kitab suci. Kita lihat ayat pertama yang tertulis di kitab suci itu,

" Bismillahirahmanirrahim-dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang". Dia punya banyak nama baik yang disebut asmaul husna. Tapi dari sekian banyak nama itu, Tuhan memilih nama Pengasih dan Penyayang, nama yang paling esensial untuk cinta.

Kita kembali dulu pada tulisan kreatif yang menyentuh banyak sensori. Menurut Hernowo, penulis buku Mengikat Makna, sisi visual yang menyentuh dan mengutuh merupakan sisi memikiat sebuah buku. Dia kemudian mengutip hasil riset Howard Gardner tentang multiple intilligent. Ada kecerdasan linguistik, matematis, visual/spasial, musikal, interpersonal, intrapesrsonal, dan natural. Konon, Gardner telah menambah unsur kecerdasan itu dengan kecerdasan eksistensial.

Cukup menakjubkan bahwa surat Al-Fatihah itu sangat menyentuh kecerdasan ganda. Jika kita cermati, ayat " Alhamdulillahi rabbil alamin" itu menyentuh kecerdasan eksistensial sekaligus natural. Ujung-ujung ayat yang selalu berbunyi im atau in menyentuh kecerdasan musikal, di samping linguistik. " Maliki yaumid-din"' selain menyentuh eksistensi juga spasial. " Iyyaka na'budu waiyyaka nasta'in" menyentuh kecerdasan interpersonal bahkan cross personal menuju impersonal. " Ihdinash-shirathal mustaqim" itu menyentuh kecerdasan kinestik. " Shirathalladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdhubi 'alaihim waladh-dhalin" menyentuh kecerdasan matematis.

Alhasil, Al-Qur'an menjadi rujukan bukan saja bagi masalah ibadah atau hukum, tapi juga dapat menjadi rujukan teknik menulis kreatif. Membaca Al-Qur'an dapat mengguncangkan eksistensi kita. Itulah bedanya dengan televisi.

Sumber Gambar : Ruangfreelance.com