Tips Menulis Rifka Rizkiana #5 : Menulislah Bagimu Surga Bagian 2


Menulislah Bagimu Surga
Oleh: Ustadz. Khoirul Huda, M.Pd

(Disampaikan pada Seminar Onilne Nasional alkahfi.id. 14 Desember 2019)

Keutamaan Menulis

Berbicara tentang menulis seakan nggak ada ending-nya. Kadang kita tidak pernah menyangka bahwa aktifitas menulis memiliki segudang manfaat. Baik terkait dengan manfaat dunia(materi) maupun faidah agama. Terus apa yang bisa kita dapat dari aktifitas menulis? Tentu, ini kita lihat berdasarkan kacamata seorang muslim. Karena bisa jadi ketika seorang yang tidak beriman kepada Allah dimintai pendapatnya tentang manfaat dari menulis mereka akan menjawabnya hanya sekitar manfaat materi dunia.

Seorang Muslim itu penuh motivasi. Kehidupannya bukan hanya terfokus pada aktifitas dunia semata, namun sejatinya hidupnya adalah untuk akhiratnya.

Karenanya, peran niat sangat dominan dalam kehidupannya yang sangat fana ini, sebagaimana sabda Rasulullah, “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada  niatnya, dan setiap orang hanya mendapat balasan sesuai niatnya”(HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Karena dalam semua konteks kehidupan muslim sangat bergantung pada niatannya, maka ibadah pun menjadi prioritas utamanya,

“Dan tidaklah aku utus  Jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.”(Adz Dzariayat: 56)

Jadi semua desah napas hidup Muslim adalah ibadah, relung gerak dirinya juga ibadah, sampai pun kedip matanya adalah ibadah.

Dalam karya tulisnya, seorang muslim tak hanya beriorentasi pada dunia semata, namun lebih dari itu, berharap akan pahala dari penciptanya. Maka dalam konteks menulis, banyak sekali keutamaan yang didapat. Apa sajakah? 

1. Menulis adalah Ibadah

Tulisan bagaikan pisau bermata dua, bergantung empunya. Manakala pemiliknya baik, pisau akan dimanfaatkan untuk kebaikan dan mendatangan manfaat. Sebaliknya, jika si empu pisau adalah durjana dan tholih, maka bisa dipastikan, pisaunya akan mendatangkan mafsadah dan kerugian bagi dirinya dan orang lain.

Apa pun yang menjadi aktifitas seorang mukmin tentu akan selalu sarat dengan ibadah, tak terkecuali dalam aktifitas menulisnya. Kapan tulisan bernilai ibadah? Tentu ketika tulisannya bisa mendatangkan keridhaan dan kecintaan Allah ta'ala. Seperti definisi ibadah itu sendiri, yang pernah diungkap oleh seorang pembaharu dan ulama Islam, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan dinukil oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, “Ibadah merupakan istilah yang meliputi segala hal yang dicintai dan diridhoi Alloh berupa ucapan-ucapan dan perbuatan- perbuatan yang dhahir maupun batin...” (Syarh Atsalatsatil Ushul hal. 33)

Bila tulisan yang kita hasilkan adalah keimanan dan amal shalih, mengajak manusia untuk berbuat baik dan sabar, taat dan bertakwa kepada Allah, mengingatkan mereka dari keburukan dan maksiat, maka dia menjadi bagian ibadah yang mendatangkan pahala bagi pelakunya. Maka secara umum tulisan yang berisi kebaikan adalah shodaqoh sebagaimana sabda Nabi,

“Setiap kebaikan adalah shadaqoh.”(HR.  Al Bukhari no. 6021)

Kata maruf dalam hadits maknanya adalah segala hal yang yang diakui kebaikannya oleh syariat, sebagaimana keburukan adalah segala hal yang disaksikan keburukannya oleh syariat ini, seperti ungkapan yang disampaikan oleh Al Qodhi bin iyadh dalam hadits tersebut. Allahu alam.

Jadi jika kita ingin tulisan kita bernilai ibadah, jadikan aktifitas tersebut sebagai ladang yang bisa menghasilkan pundi pahala dan kebaikan, okee?!!

2. Menulis adalah Berdakwah

Sebuah hadits yang bersumber dari sahabat Abu Said Al Khudri radiallahuanhu, memaparkan sabda Nabi yang isinya, “ Barang siapa Diantara kamu yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.”(HR. Muslim, no.49)  

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahulloh memberikan penjelasan terkait hadits tersebut yang isinya,  “Menulis adalah bagian dari menolak keburukan dengan lisan, karena menulis tak ubahnya seperti berbicara.”( Syarah Hadits Arbain, karya beliau)

Dalam sabda lain beliau menyatakan, “Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat.” (HR. Al Bukhari no. 3461)

Hadits ini juga mengisyaratkan tentang perintah untuk berdakwah dengan sarana yang diperbolehkan, termasuk melalui tulisan. Maka tak diragukan lagi bahwa berdakwah melalu tulisan termasuk amalan yang disyariatkan sekaligus mendatangkan pahala bagi pelakunya.

Ada ungkapan bijak yang menyatakan, satu peluru hanya akan bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus seribu kepala. Whats means? Begitu besar pengaruh sebuah tulisan, bisa menggiring opini, meyakinkan, bahkan sampai memutar balik fakta. Bergantung kelihaian penulisnya. Inilah yang sering digunakan oleh musuh musuh Islam untuk menyerang kaum muslimin karena memang tulisan sangat efektif untuk menghancurkan idiologi dan semangat mereka.

Jika tulisan dihasilkan oleh seorang juru dakwah, maka dapat menjadi senjata ampuh dalam menyuarakan kebenaran dan memberangus kebatilan yang bisa menembus lintas zaman dan lintas generasi.

Termasuk juga kategori menulis untuk berdakwah adalah menulis untuk meluruskan kesalahan. Misalkan, kita temukan sebuah tulisan atau pernyataan yang menyelisihi kebenaran, kita koreksi dengan tulisan yang  benar. Namun hal ini harus dilakukan sesuai kemampuan dan jangan memaksakan diri hingga kita pun bisa terjebak dengan kesalahan fatal lain. Karena berdakwah dalam tulisan butuh bekal ilmu yang cukup bukan hanya sekadar copy paste semata. Karena itu jadikan niat dakwah ini menjadi tujuan dalam setiap tulisan kita dengan sokongan ilmu yang memadai. Siap?

3. Menulis, Membumikan Ilmu

Belajar syariat agama adalah sebuah keniscayaan bagi kita. Maka mempelajari metode untuk menguasai ilmu juga termasuk hal yang harus kita pelajari. Ada sebuah kaidah fikih menyatakan bahwa segala perkara yang dapat membantu terpenuhinya sebuah kewajiban maka terdapat pahala di dalamnya.

Kita tahu bahwa menulis dapat membantu otak menyerap ilmu. Saya kira teman-teman paham betul kenapa menulis berfungsi demikian? Menuliskan ilmu yang kita dengar atau baca tak ubahnya seperti mempelajari kembali ilmu tersebut. Sedangkan mana yang lebih baik dalam proses belajar, mempelajari suatu ilmu sekali atau dua kali? Karenanya, Rasulullah menyarankan kepada umatnya untuk mengikat ilmu dengan tulisan agar ilmu tersebut dapat membumi dalam sanubari kita,

“Ikatlah ilmu dengan dengan tulisan. ” (HR. Ad Darimi 1/122, Al Hakim 1/106 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam Ash Shahihah 5/42)

Mayoritas manusia gampang sekali lupa, termasuk dalam masalah ilmu. Bila diibaratkan, ilmu adalah hewan buruan dan tulisan sebagai talinya. Oleh karena itu dengan mencatat dan menulis, ilmu akan lebih terjaga tidak mudah hilang plus ilmu makin membumi di sanubari.

4. Menulis Artinya Memenuhi Hak Persaudaraan

Islam mengajarkan konsep hak dan kewajiban dalam berteman. Kita sebagai seorang teman dituntut untuk memenuhi hak orang lain yang menjadi teman kita. Apa sajakah hak itu. Simak hadits berikut, dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

"Hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam.” Para sahabat beratanya, “Apa sajakah itu wahai Rasulullah? Apabila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam; bila ia mengundangmu maka penuhilah; bila dia meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah bacalah yarhamukallah (semoga Allah memberikan rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan bila dia meninggal dunia hantarkanlah (jenazahnya)."(HR. Muslim no. 2162)

Nasihat adalah kewajiban yang mesti  kita tunaikan baik kepada teman maupun saudara. Nasehat dapat berupa lisan maupun tulisan. Pada jaman dulu, para ulama memiliki tradisi yang sangat baik yakni saling berkirim surat dalam rangka memberi nasihat kepada ulama lainnya.

Manakala teman butuh nasihat dan kita tidak bisa memberikan nasihat secara langsung, maka tulisan menjadi alternatif  dan terkadang nasihat melalui tulissan akan mudah tersampaikan dan tepat sasaran.

Pun, kita juga diperintahkan untuk membantu teman kita. Andai teman kita dalam kesulitan untuk memahami suatu bab ilmu, maka dengan menulis artikel yang mudah dipahami teman merupakan satu wujud bantuan yang kita berikan baginya. Dan dengannya kita menjadi salah satu manusia terbaik. Bukankah manusia terbaik itu adalah bisa memberikan manfaat bagi orang lain?

5. Penghasilan yang Baik lagi Berkah

Tidak diragukan lagi, penghasilan terbaik bagi seorang muslim adalah hasil jerih payah dari kedua tangannya.

Rasulullah pernah ditanya,

“Apakah penghasilan terbaik itu?” Beliau menjawab, “Perbuatan yang dilakukan kedua tangan seseorang dan setiap penjualan yang baik.” (HR. Al Bazzar dan di shahihkan oleh Al Hakim)

Syaikh Abdulloh Bin Baz -rahimahulloh- menjelaskan makna hadits tersebut dengan mengatakan, “Hadit ini menunjukkan bahwa hasil yang didapat melalui hasil usaha kedua tangan merupakan penghasilan paling baik, pun dengan perniagaan yang baik yang selamat dari kecurangan, tipu muslihat, dusta. Dan diantara penghasilan yang baik adalah seperti tukang kayu, tukang batu, petani, penulis dan lainnya yang dikerjakan manusia dengan kedua tangannya….”( https://binbaz.org.sa/audios/60/1)

Ternyata aktifitas menulis, selain menjadi ladang panen pahala akhirat, juga bisa menjadi sarana meraup penghasilan dunia yang halal lagi berkah. Kalo demikian luar biasa keutamaan menulis bagi seorang muslim, maka tunggu apa lagi?

6. Menulis Artinya Memberi Warisan

Rasulullah -shallalahu alaihi wa sallam- pernah bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali tiga perkara : shodaqoh jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kepadanya.” (HR. Muslim)

Menulis kebaikan kemudian menampilkannya di blog dan di medsos lain atau membukukannya dapat menjadi sebuah warisan yang bermanfaat sekaligus bekal akhirat kita. Why? Karena jika kita mati, sementara orang lain masih bisa mengakses atau membaca tulisan tersebut diikuti mengamalkan kandungannya. Bukankah itu adalah amal jariyyah sekaligus warisan ilmu yang bermanfaat? Betapa banyak pahala yang akan kita dapat dengan warisan tulisan yang kita hasilkan?

Itu diantara keutamaan menulis bagi seorang mukmin. Intinya, menulis adalah sarana kebaikan bagi empunya yang menjadi sarana meraih peruntungan yang besar di dunia hingga akhirat. Menulislah yang baik dan bermanfaat, niscaya balasannya surga. Berminat?

Sumber Gambar : Islampos.com