Tips Menulis Rifka Rizkiana #1 : Cara Membangkitkan Feel Cerita Religi


“Cara Membangkitkan Feel Cerita Religi”

SJR Community
Bersama
ShintaShine
                                                            
Profil Pemateri

Beliau memiliki nama pena Shinta Shine. Penulis kelahiran 19 tahun silam ini memulai karirnya dengan menulis cerita di wattpad. Lahir tanggal 17 Juli 2000, Sinta, begitu panggilannya sudah berhasil menerbitkan satu novel perdana bergenre Religi-Romance yang berjudul “Cinta Terpendam”.

Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri baginya, karya yang ia tulis di wattpad berhasil menarik sebuah penerbit indie sehingga meminang ceritanya dan diterbitkan gratis. Untuk lebih dekat dengannya, bisa menemuinya di akun sosial medianya yaitu, instagram @shintashine17

Cara Membangkitkan Feel Cerita Religi

By: Shinta Shine

Mengenal Lebih Jauh, Apa itu Feel Dalam Cerita

1. Pengertian Feel (emosi) dalam Cerita

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, atau pun takut terhadap sesuatu.

(Sumber: Wikipedia)

Sedangkan Feel (emosi) dalam cerita, saya sendiri mengartikan sebuah jatuhnya perasaan pembaca terhadap isi cerita. Seolah benar-benar merasakan kejadian tertulis yang dibacanya misal ikut bersedih, senang atau bahagia, marah, bahkan menangis.

Feel memang bukan termasuk unsur-usur mendasar dalam suatu cerita. Tidak seperti tokoh, penokohan, alur/ plot, latar, amanat, dll. Namun, dapat dipastikan cerita akan hambar atau terkesan flat (datar) tanpa adanya feel yang tudak mampu masuk ke dalam hati pembaca.

2. Religi

Pada awal mula segala sastra adalah religius. Yang dimaksudkan religius di sini bukan hanya agama, tetapi lebih menitikberatkan pada aspek yang di dalam lubuk hati, getaran hati nurani, sikap personal yang merupakan misteri bagi orang lain. Religiusitas tidak hanya dihubungkan dengan keadaan ritual tetapi lebih mendasar lagi dalam pribadi manusia. Religi diartikan lebih luas dari pada agama. Kata religi menurut asal kata berarti ikatan atau pengikatan diri. Dari sini, pengertiannya lebih pada masalah personalitas, hal yang pribadi. Oleh karena itu, ia lebih dinamis karena lebih menonjolkan eksistensinya sebagai manusia.

Subijanto Atmosuwito, menambahkan bahwa kata religi berarti menyerahkan diri, tunduk, taat. Dalam hal ini berserah diri, tunduk dan taat kepada Tuhan.

Jadi noveli religius dapat dipahami sebagai sebuah karya sastra berbentuk prosa yang di dalamnya menggambarkan perasaan batin seseorang yang berhubungan dengan Tuhan. Dan pada pembahasan selanjutnya, Penulis akan memfokuskan pada kajian novel religius tentang ajaran Islam.

(Sumber: http://hakamabbas.blogspot.com/2014/02/novel-religius)

3. Kesimpulan

Jadi, feel dalam cerita religi bisa disimpulkan suatu reaksi perasaan pembaca terhadap bacaan yang dibacanya. Ikut masuk dalam dunia fiksi tanpa meninggalkan kesan-kesan religius yang terdapat dalam cerita. Contoh kecilnya ikut merasa bahagia dengan penuturan hamdalah (memuji kepada Tuhan) dan ikut merasa sedih dengan kalimat-kalimat motivasi keagamaan yang menambah  haru suasana.

Cara Menghidupkan Cerita Religi

1. Menulislah dari Hati dan Niat Yang Baik

Awali menulis dengan niat yang baik. Kita perlu meyakinkan diri bahwa sesuatu yang dimulai dengan niat baik, Insya Allah hal ke depan yang akan terlampaui akan berjalan lancar. Apalagi jika kita menulis dengan genre religi, tentunya bukan hanya pembaca yang tersihir, bukan materi yang akan mampir, tapi setidaknya amalan dakwah mampu kita tebar meski hanya segelintir.

2. Susunlah Kerangka Cerita dengan Baik dan Menarik

Baik itu cerpen atau novel perlu adanya kerangka. Jika dari awal kerangka sudah tidak baik-baik saja, akan sulit untuk membuat cerita menjadi hidup. Bisa dikatakan akan menjadi tanjakan drastis jika awal terlalu datar dan ditengah dipaksakan menjadi hidup.

3. Perhatikan Hal-hal Dalam Segi Kepenulisan Untuk Membangun Feel

a. Gunakan kalimat dengan lima panca indera
b. Gunakan diksi yang mmapu menggaet pembaca (misal: hiperbola)
c. Hindari keterangan yang bertele-tele

4. Perhatikan Hal-hal lain Dalam Segi Membangun Emosi

a. Buat pembaca bersimpati. Pembaca harus mendapatkan rasa simpati, paling sedikit pembaca harus penasaran.

b. Buat pembaca menebak-nebak sendiri kejadian cerita atau mengidentifikasi cerita. Hal ini kita harus pintar-pintar menyediakan narasi yang mampu menambah simpati pembaca menjadi semakin nyata.

c. Buat pembaca berempati. Jika telah bersimpati dan pembaca semakin masuk dalam perangkap, maka kita tambah pembaca menjadi berempati. Kalimat-kalimat sugesti sangat diperlukan. Gunakan detail-detail kalimat yang mampu memicu emosi. Seolah pembaca benar-benar merasakan yang dirasakan tokoh. Pada tahap ini bisa menambahkan konflik yang terus beranjak.

d. Lambungkan pembaca pada khayalan. Jika simpati, identifikasi, dan empati telah pembaca dapatkan maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah membuat puncak emosi, melambungkan pembaca pada titik feel.

5. Ending Yang Memukau

Setelah emosi yang telah menguras energi bahkan air mata, buatlah ending atau akhir yang sulit tertebak. Kalau perlu membuat pembaca melongo, tak habis pikir dengan jalan akhir cerita. Kesalahan terbesar ketika konflik telah tersusun rapi dan terstruktur, namun ending dari cerita kurang memuaskan alias hanya penyelesaian lazim dari konflik yang ada.

Question and Answer

SESI PERTAMA

1. Pertanyaan dari, Vera Nurkhalimah

Kak, aku mau nanya dong, Kakak bisa suka sama dunia kepenulisan itu karena apa?

Jawaban:

Tidak bisa dijelaskan secara rinci sebenarnya kalau masalah ini, mah. Pernah dengar tidak? Jika emosi yang berlebihan mampu menuliskan aksara. Pernah denger dan tahu kan, kalau orang yang putus asmara malah mendadak puitis? Nah. Seperti itu pula aku, hihihi. Awalnya Cuma curhat di buku. Eh, lama jadi candu.

Coba deh, kalian juga cari info. Justru seorang penulis kebanyakan adalah seorang yang pernah patah dulunya. Entah itu karena apa faktor terpuruknya. Dan kalaupun kalian nggak punya riwayat, eh riwayat kayak penyakit aja, hihihi. Tidak mempunyai riwayat masa lalu seperti itu jangan khawatir. Benar sih, menulis itu memang butuh inspirasi. Dan kadang inspirasi dari pengalaman diri sendiri. Nah, nggak papa-papa kalau nggak punya, toh menulis masih bisa ditelateni dengan bertahap. Banyakin baca, banyakin belajar. 

Terimakasih Vera sudah bertanya,

2. Pertanyaan dari, Dewi

Kalau penulisnya pemula dan belum pandai buat narasi yang mendukung cerita itu gimana ya, Kaaa. Jazakillah khair

Jawaban:

Mungkin pertanyaan ini bisa dijawab sendiri. Mana ada cerita nggak ada narasi, kan, ya? Ups. Ndak apa. Kalau misal belum terlalu pandai merangkai kata, kanada dialog. Tekanin ke dialognya. Buat dialog yang seolah-olah sudah mewakili narasi, sehingga narasi tidak perlu dibuat. Narasi, kan fungsinya untuk memperjelas suasana aja. Dan saran aku, tetep terus belajar, tulisan kalau nggak ada narasi akan hambar, Hehehe. Gimana kita mau menggaet pembaca kalau narasi kita nggak indah. Masa iya majas-majas dan latar-latar cerita mau ditaruh di dialog, ups. Semangat ya, Dewi ...

3. Pertanyaan dari, Rifka Rizkiana

Kak, pengalaman pribadiku saat buat genre religi yang penuh kejutan di setiap part-nya itu, ada yang bilang terlalu ngebosenin. Karena suka buat jantungan terus. Terus masa dalam cerita itu ada konflik terus ..., nah. Di sisi lain, ada yang bilang kalau cerita adem ayem, kurang greget.

Gimana solusinya untuk menyeimbangkan itu ya, Kak? Karena selera kita, sama selera pembaca kadang beda. Gimana cara menserasikan perbedaan itu menjadi sesuatu yang apik? Makasih, Kak ...

Jawaban:

Ada tahapan dalam menulis. Mulai dari perkenalan, cerita mulai ngalir, pra konflik, konflik, puncak konflik, dan konflik menurun, dan penyelesaian (tahap ini bisa berbeda sesuai alur yang dibuat penulis). Nah, ada benarnya juga yang dibilang pembaca. Tidak seharusnya cerita harus bagus-bagus dan akhirnya malah membuat jenuh. Ada kalanya datar-datar saja, meninggi, dan puncak, lalu turun.

Aku tahu, maksud di sini adalah gimana cara mempertahankan pembaca biar stay gitu, kan? Bagaimana mempertahankan pembaca yang tetap setia dengan cerita kita ketika cerita lagi datar atau lagi mau konflik. Nah, tips-nya sih, kita pandai-pandai buat diksi yang menarik. Meski alur sedang datar tapi kalimat masih terlihat ringan dan nggak ngebosenin.

Kita juga udah pernah denger, kan pastinya. Udah berapa cerita yang menyongsong inti cerita sama tapi selalu ada yang lebih diminati. Misal gini, cerita A tentang perjodohan, cerita B pun tentang perjodohan. Hampir setiap alurnya sama dikedua cerita tersebut.Namun apa, mesti selalu ada yang lebih unggul dari keduanya. Nah, bisa saja diksi dalam penulisannya cerita A/B lebih menarik.

4. Pertanyaan dari, Kinza

Assalaamu’alaikum, Kak Shinta, jazakillah khair materinya. Kaka bisa kasih contoh, yang dimaksud buat kalimat berempati dan terdapat showing-nya juga itu gimana, ya?

Jawaban:

Kalimat empati adalah kalimat di mana kita ikut merasakan yang dialami orang lain.

Contoh, Tulangnya seolah ikut patah. Suara hatinya ikut menjerit. Giginya ikut menggertak kuat. Begitulah gambaran rasa sakit yang dirasakan Azam ketika melihat istrinya berjuang melahirkan anaknya.

5. Pertanyaan dari, Fii

Kak, bagaimana agar kita tidak buntu saat membuat naskah religi. Kadang suka down pas lagi ngetik, Kak. Terima kasih.

Jawaban:

Tipsnya sih, banyakin baca aja, ya. Nggak ada obat yang ampuh buat ngilangin down ini. Kadang stuck yang tiba-tiba, males yang tiba-tiba kerap menghalangi penulis apalagi penulis yang pemula yang belum ada gairah untuk menulis spontan.

Tidak apa-apa, istirahatkan pikiran sejenak dengan membaca buku, baca kisah-kisah Islam terdahulu (buat referensi menambah ilmu agama atau pun buat ide cerita) dan tentunya berdoa sama Allah buat dilancarkan semuanya. Kan, ide atau pun itu dalam menulis adalah kehendak-Nya Allah. Ndak bisa kalau dipaksain padahal Allah nggak ngizinin.

SESI KEDUA

1. Pertanyaan dari, Nanda

Kak, kalau misal kita ingin buat cerita spiritual teenfic gitu gimana, ya? Cara menyeimbangkannya? Sebelumnya, Jazakillahu Khiaran buat ilmunya, Love.

Jawaban:

Wa jazakillahu khair, Love. Kalau teenfict kita udah pada tau, kan, ya. Selalu berkutat dengan cerita anak remaja yang biasannya dominan SMA. Kita gabung aja sama spiritual. Nah, kita tinggal masukan saja nilai-nilai religi ke cerita remaja itu. Misal kalau kita mabil tema percintaan. Cinta dalam diam gitu, waktu SMA. Dalam Islam, kan pacaran jelas dilarang. Nah, kita buatlah cerita remaja yang seolah mendukung larangan pacaran. Sisipi pula dengan nilai-nilai agama yang pas pada keadaan masa remaja. Intinya mah, kita tanpa sengaja memberi contoh baik seorang teen (remaja) yang religius itu seperti ini, lho. Gitu.

2. Pertanyaan dari, Vera

Kak, pernah nggak, sih Kakak ngerasa down gitu? Kayak udah nulis panjang tapi nggak dihargai? Terus Kakak bisa dapat semanagat lagi gimana?

Jawaban:

Pernah. Aku juga nulis pertama di dunia wattpad. Pasti pernah lah udah nulis selesai chapter-nya tapi gak ada yang baca, mulai dari followers 0, dll. Intinya, sih semua harus tetap percaya. Bahwa semua ini adalah proses, nggak ada yang seinstan mie instan. Tetep pelan-pelan dilanjut. Kalau aku kemarin cerita yang udah end, aku post ulang biar kembali ada yang baca. Ups, hehehe. Ini sih, namanya trik. Kalau semangatnya ya, diri sendiri aja. Coba tanya. Kamu bener-bener mau jadi penulis apa nggak?

3. Pertanyaan dari, Fitri Indiyani

Hai, Kak. Mau nanya, dong, inspirasi yang sangat terkait untuk cerita Kakak berasal dari mana?

Jawaban:

Ada yang dari diri sendiri. Ada yang dari real khayalan. Biasanya ngalir cerita malah yang dari diri sendiri. Soalnya mudah menguraikan katanya. Tapi kalau banyakan idenya dari khayalan. Hehehe.

4. Pertanyaan dari, Haiza

Kak mau nanya gimana caranya agar cepet bisa dapet ide unik buat cerita kita. Terimakasih.

Jawaban:

Ide unik itu jarang sekali ditemukan. Ide unik itu bisa ditemukan gini, kalau kita pas lagi baca terus udah nyimpulin inti cerita. Nah, kita menimang-nimang andai cerita tadi diginiin, kayaknya lebih menarik. Nah, kita berandai-andai lain dari cerita tadi. Bukanya malah nulis sesuai plot-nya tadi.Kita malah berpikir sebaliknya. Tapi ingat, tentunya harus masih menarik atau bisa jauh lebih menarik dari cerita yang kamu baca. Dan ide unik pun kadang datangnya tanpa diduga. Intinya mah, Allah yang kasih. 

Penutup

Assalaamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh ...

Segala Puji Bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah mengizinkan seminar online kepenulisan bersama Kak Shinta Shine Sabtu, 27 Juli 2019 berjalan dengan lancar tanpa hambatan satu apa pun. Salawat serta salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiyah dan membawa kita pada peradaban aksara.

Kita memang makhluk yang akan bertemu mati. Lain dengan benda yang akan terus abadi. Sama halnya dengan tulisan, akan kekal meski pemilik telah tiada. Jika tulisan itu baik, bukankah itu akan membahagiakan kita meski tangan tak mampu lagi mengangkat pena?

-ShintaShine-

Terimakasih kepada Kak Shinta Shine selaku mentor acara ini yang sudah membagi ilmunya. Terimakasih juga kepada para admin grup, yang telah menyumbangsihkan ide-idenya, dan mendukung keberlangsungan acara ini. Terimakasih juga kepada seluruh member yang sangat antusias dengan seminar online perdana di GC SJR Community ini.

Saya, Rifka Rizkiana selaku owner sekaligus ketua penyelenggara seminar kepenulisan online bersama Kak ShintaShine memohon maaf sebesar-besarnya, dalam lubuk hati yang paling dalam atas kekurangan maupun kekhilafan saat membawakan acara.

Semoga ilmu yang kita terima, bisa kita amalkan, bagi, dan dapat dipertanggungjawabkan kelak. Aamiin Allahuma Aamiin ...

Wassalaamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh ...

Kudus, 29 Juli 2019

Rifka Rizkiana

Sumber Gambar : Suarasantri.co.id