Tips Menulis Rifka Rizkiana #4 : Menulislah Bagimu Surga Bagian 1


Menulislah Bagimu Surga
Oleh: Ustadz. Khoirul Huda, M.Pd

(Disampaikan pada Seminar Onilne Nasional alkahfi.id. 14 Desember 2019)

Siapa sangka aktifitas rutin ringan yang acap kita lakukan hampir tiap hari merupakan bagian terpenting dalam kehidupan agama kita? Mungkin sebagian kita kurang ngeh dengan aktifitas yang satu ini, padahal disadari atau tidak, aktifitas yang menjadi kegemaran para ulama dan pecinta ilmu ini memiliki segudang manfaat dan sarat faidah. Tahukah kamu, apa itu?

Bahkan, dalam tanzilurrohman, Allah menjelaskan kepada kita tentang satu esensi dari perbuatan hamba yang sarat manfaat tersebut. Yap, al kitaabah, alias menulis! Menulis menjadi bagian terpenting dalam proses kehidupan dunia sampai akhirat manusia, dalam setiap kurun dan masanya. 

Allah taala menyebut aktifitas menulis di dalam firman-Nya,

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran Pena. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(Al Alaq:1-5)

Manakala menjelaskan makna Alladzii allama bilqolam, Imam Al Qurthubi rohimahulloh menjelaskan, 

“Yaitu(Allah mengajarkan manusia) tulisan dengan pena...”(Tafsir Al Qurthubi 20/120)

Masih dalam tafsir surat yang sama, Al Qurthubi menjelaskan perkataan  Qotadah, “Pena merupakan nikmat dari Allah taala yang sangat agung, andaikan tidak ada nikmat tersebut agama ini tidak bisa tegak dan kehidupan tidak bisa menjadi baik…”

Ternyata aktifitas yang kadang kita anggap remeh ini memiliki nilai istimewa di sisi Allah taala. Nggak nyangka kan?

Menulis = Aktifitas Ilahiyyah

Menulis sama dengan aktifitas ilhiyyah? Berlebihan nggak ya ungkapan ini? Kalo kita lihat kata ilahiyyah disini bisa kita artikan yang mengikuti Illah atau Allah. Jadi aktifitas menulis pada dasarnya adalah sebuah aktifitas yang menjadi perintah dari Allah. Pun dilakukan oleh Rasulullah serta mereka yang mengikuti beliau shallallahu alaihi wasallam. Mengapa demikian? Paling tidak ada tiga alasan mendasar bahwa aktifitas menulis adalah aktifitas ilahiyyah, apa itu?

1. Sunnatullah yang Istimewa

Kita tahu persis bahwa Allahlah yang telah menciptakan semua makhluk yang eksis di dunia ini. Namun, tahukah kamu jika pena merupakan makhluk nomer wahid yang pertama kali yang dicipta oleh Alloh? Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah bersabda, 

“Sesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena, kemudian diperintahkan kepada pena tersebut, “Tulislah!” Pena menjawab, “Wahai Rabb, apa yang akan aku tulis?” Allah taala berkata, “Tulislah ketetapan segala hal hingga tegak Hari Kiamat.” (HR. Abu Daud 12/309 no. 4078. Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Al Jami as shoghir 1/379 no.3781)

Kita perhatikan di sini. Allah mencipta pena sebelum makhluk lainnya. Tentu cukup bagi kita untuk bisa memberikan penilaian tentang   kelebihan pena di sisi Allah.

Apa fungsinya kemudian? Pena bertugas menulis semua sunnatullah atau ketetapan Allah dari awal hingga akhir kehidupan ini. Artinya aktifitas menulisnya pena menjadi sesuatu yang sangat bernilai. Dalam ayat lain gambaran mulia sebuah pena sangat nyata. Sebut saja, Allah menjelaskan dalam salah satu surat-Nya di dalam Al Quran,

“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.”(Al Qolam: 1)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadiy memberikan keterangan makna ayat diatas, dengan menyatakan, “(Pena)yakni alat yang digunakan untuk mencatat di Lauh Mahfuzh segala sesuatu yang terjadi sampai hari Kiamat. Ada pula yang menafsirkan qalam (pena) di sini dengan semua pena yang digunakan untuk mencatat ilmu. Allah Ta'aala bersumpah dengan pena dan segala hal yang mereka tulis karena hal itu termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar yang berhak Allah bersumpah dengannya untuk menunjukkan kebersihan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dari tuduhan yang dilemparkan oleh musuh-musuh Beliau seperti tuduhan gila. Maka Allah Ta'aala menafikan sifat gila dari Beliau karena nikmat Allah dan ihsan-Nya, yaitu dikaruniakan kepadanya akal yang sempurna, pandangan yang bagus dan kata-kata yang tepat yang paling baik untuk ditulis…” (Tafsir As sadiy surat Al Qolam : 1)

Sedangkan Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan tafsir surat ini dengan mengatakan, “Ayat ini dimulai dengan huruf al muqathaah (yang berdiri sendiri) di awal surat. Allah bersumpah dengan Qalam yang dengannya surat ini memiliki nama. Al Qalam adalah kata yang jenisnya umum, yang mengandung setiap alat untuk menulis (pena) yang digunakan untuk menggores (menulis) buku. Dan Allah bersumpah dengan apa yang dikehendaki dari makhluk-Nya. Adapun manusia, maka diharamkan bagi mereka bersumpah dengan selain Allah, sebab tidak ada yang lebih agung daripada Allah. Sumpah ini merupakan bagian dari pemuliaan, pengagungan dan penghormatan bagi pena.” (Tafsir Al wajiz surat Al Qolam ayat 1)

Al hasil, pena dan aktifitas menulisnya menjadi salah satu hal yang mulia dan terhormat di sisi Allah. Istimewa bukan? Karenanya jika ingin menjadi bagian kemuliaan dan keistimewaan tersebut, jadikan menulis menjadi aktifitas rutin kita!

2. Aktifitas Penting Rasulullah

Bila kita cermati sejarah, tentu akan kita dapati salah satu aktifitas penting yang dilakukan oleh Rasulullah, manusia terbaik sepanjang abad. Apa itu? Menulis. Bahkan saking pentingnya menulis, beliau pernah menjadikan tawanan perang Badar sebagai tebusan. Para tawanan perang tersebut boleh bebas, namun sebagai tebusannya mereka harus mengajari ilmu menulis kepada kaum muslimin.

Rasulullah merupakan pribadi yang memiliki semangat tinggi dalam menulis perkara-perkara yang sangat penting. Meski beliau mendapat julukan ummi, alias tidak bisa baca tulis, namun beliau memiliki juru baca dan tulis dari kalangan sahabat beliau. Beliau kerap kali berkirim surat kepada kepala suku dan raja-raja negara sekitar. Peranan tulisan ini sangat besar antara beliau dan para utusan Quraisy serta qabilah qabilah tetangga, serta para penguasa negara yang dekat dengan beliau secara geografis, diantaranya menjadi sarana utama dalam berdakwah dan berunding dengan mereka. 

Seperti dalam perjanjian Hudaibiyyah, Anas bin Malik pernah berkisah, “Suku Quraisy mengirim rombongan diplomat untuk berunding dan membuat perjanjian dengan Rasulullah, yang dipimpim Suhail bin Amr. Maka Nabi pun berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Tulislah bismillahir rohmanirrohim!” Suhail kemudian berkata, “Kami tahu bismillah saja, adapun bismillahir rohmanirrohim tidak kami ketahui, karena itu, tulislah hal yang kami tahu, bismika Allohumma. 

Rasulullah kemudian bersabda, “Tulislah dari Muhammad Rasul Allah.” Mereka pun berkata, “Seandainya kami tahu bahwa Engkau adalah utusan Allah maka kami akan mengikutimu, tapi cukup tulislah namamu dan nama bapakmu.” Maka Nabi pun berkata, “Tulislah dari Muhammad bin Abdullah. Maka dalam salah satu poin perjanjian tersebut utusan Quraisy memberi satu syarat yang harus dipenuhi oleh Nabi Muhammad. 

Yaitu, “Orang yang berpindah dari sisimu kepada kami maka tidak akan kami kembalikan, sebaliknya jika ada orang yang berpindah dari kami kepadamu maka kamu harus mengembalikan mereka kepada kami.” Para sahabat Nabi berkata, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan menulis(poin) perjanjian ini?” Rasulullah bersabda, “Ya, karena barangsiapa yang pergi meninggalkan kita dan berpindah kepada mereka maka Allah akan menjauhkan dia dari agama Allah, dan barangsiapa yang datang dari mereka kepada kita maka Allah akan menjadikan untuk mereka kesenangan dan jalan keluar yang baik.” (HR. Muslim 9/258 no. 3337)

Pun, Rasulullah selalu berupaya untuk mendakwahi para raja negeri tetangga. Tentu, wasilah penting yang beliau gunakan adalah dengan berkirim surat alias dengan menggunakan tulisan. Jadi menulis adalah sesuatu banget bagi kita sebagai seorang yang mengklaim mengikuti Rasulullah. Iya kan?

3. Kegemaran Para Sahabat Nabi

Para sahabat Nabi adalah pribadi yang sangat antusias dalam kebaikan dan manfaat. Bahkan aktifitas menulis menjadi salah satu kegemaran mereka. Pun mereka sangat menaruh perhatian yang begitu besar dengan aktifitas yang menyenangkan ini. Terbukti dalam sejarah, mereka sangat menekankan pelajaran menulis kepada anak-anak dan generasi penerus mereka, hingga para wanitanya pun mendapat bagian yang sama dalam pengajaran ini. (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro 9/349 no.20082) 

Bahkan aktifitas ini berlanjut dan digemari oleh para tabiin dan tabiin dalam masalah transfer ilmu dunia dan agama. So, menulis adalah kebiasaan pribadi hebat sahabat dan generasi setelahnya. Para ulama pun memiliki minat hebat terhadap aktifitas ini. Bisa kita simpulkan bahwa aktifitas ini bagi seorang muslim adalah aktifitas illahiyah, artinya aktifitas yang sumbernya berasal dari Alloh, illah yang menjadi satu-satunya sesembahan manusia. Kalo kita bisa berkiprah dalam hidup dengan tulisan artinya kita menjadi salah satu orang yang mengikuti Allah dan Rasul-Nya. Namun bukan berarti yang tidak bisa menulis bukan pengikut Allah dan Rasul-Nya lho! Karena jalan kebaikan sangatlah banyak dan bervariasi seperti yang ditunjukkan dalam wahyu-Nya.

Sumber Gambar : ef.co.id